Setiap tahun Mercer selalu melakukan Survei Biaya Hidup. Survei tahun ini mencakup 214 kota di lima benua dengan mengukur perbandingan harga 200 barang dan jasa di tiap lokasi yang mencadi acuan secara internasional, termasuk perumahan, transportasi, makanan, pakaian, perlengkapan rumah tangga, dan huburan. Ini adalah survei biaya hidup terlengkap, dan dirancang untuk membantu perusahaan multinasional serta pemerintah dalam menentukan tunjangan kompensasi bagi para pekerja ekspatriat mereka. New York digunakan sebagai kota acuan. Pergerakan nilai tukar mata uang diukur terhadap dolar Amerika Serikat. Biaya perumahan seringkali biaya terbesar bagi para ekspatriat memainkan peranan penting dalam perhitungan peringkat kota.
Tokyo Jawara Kota di Asia
Empat kota di Asia masuk dalam daftar top 10 kota temahal di dunia. Kekuatan nilai tukar mata uang di Asia terhadap dolar Amerika menjadi faktor utama kota-kota di Asia menjadi tempat termahal.
Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) melemah terhadap sebagian besar mata uang Asia tahun lalu. Secara khusus, dolar Singapura dan dolar Australia mengalami apresiasi yang cukup besar, bukan saja terhadap dolar AS, tetapi juga pada mata uang lain seperti euro dan pondsterling.
Kondisi ini sangat berdampak bagi para ekspatriat yang bekerja di negara-negara tersebut. Hal ini akhirnya jug aberpengaruh pada penugasan mereka. Apakah ditugasi dalam jangka waktu terbatas yang mempertahankan kesamaan nilai dengan negara asal atau diberi fasilitas perlindungan nilai mata uang oleh pemberian kerja.
Pihak lain yang bisa mereka terima ialah ditugasi dalam jangka waktu yang tidak terbatas atau perpindahan permanen sehingga mereka menerima paket kompensasi yang lebih mendekati paket lokal tanpa perlindungan nilai tukar mata uang. Kondisi tersebut berdampak pada organisasi (perusahaan), terutama bagi mereka yang menyusun laporan keuangan dalam mata uang dolar AS. Otomatis terjadi peningkatan beragam biaya yang berhubungan dengan tugas internasional ke negara-negara tersebut.
Seiring dengan menguatnya sebagian besar mata uang Asia terhadap nilai tukar dolar AS dalam satu tahun belakangan, ternyata hal itu menjadikan empat kota besar di Asia masuk dalam daftar 10 kota teratas dengan biaya hidup termahal di dunia. Keempat kota Asia yang masuk dalam Mercer’s Cost of Living Survey 2011 yang dipublikasikan situs resmi lembaga riset konsultasi, outsourcing, dan investasi Mercer’s Consulting yang berbasis di London, Inggris, pada 12 Juli 2011 lalu itu ialah Tokyo, Osaka, Singapura, dan Hongkong.
”Sebagian besar kota-kota di Asia rata-rata mengalami kenaikan peringkat pada tahun ini. Kenaikan ini dipicu ketersediaan harga akomodasi yang masih terbatas bagi kaum ekspatriat, sedangkan permintaan terus meningkat,” ujar peneliti senior Mercer Nathalie Constantin-Metral seperti dilansir dalam situs resmi lembaga survei tersebut.
Menurut Constantin, survei Mercer melibatkan 214 kota terkemuka di dunia. Penilaian dilakukan dengan mengukur perbandingan harga 200 barang dan jasa di tiap lokasi yang menjadi acuan secara internasional. Pengukuran harga ini termasuk perumahan, transportasi, makanan, pakaian, perlengkapan rumah tangga, dan hiburan. Ini adalah survei biaya hidup terlengkap dan dirancang untuk membantu perusahaan multinasional serta pemerintah dalam menentukan tunjangan kompensasi bagi para pekerja ekspatriat mereka.
New York digunakan sebagai kota acuan dengan angka indeks ditentukan 100. pergerakan nilai tukar mata uang diukur terhadap dolar AS. Biaya perumahan seringkali biaya terbesar bagi para ekspatriat memainkan peranan penting dalam perhitungan peringkat kota.
”Pengumpulan data survei ini sendiri dilakukan sekitar bulan Oktober dan Desember 2010 dengan cara menghitung biaya indeks global yang dilakukan kaum ekspatriat dari kekuatan pembelian dan tunjangan sehari-hari yang ada di 214 kota terkemuka itu sehingga hasil surveinya dapat mempresentasikan biaya hidup pada tahun 2011 ini,” ujar Constantin sebagai orang yang bertanggung jawab dalam membuat daftar kota termahal setiap tahun.
Meski Jepang baru saja dihantam gempa dan tsunami yang dahsyat pada Maret lalu, berdasarkan survei tersebut, Tokyo tetap menduduki posisi kedua setelah Luanda di Angola sebagai kota termahal di dunia. Posisis ini sama dengan tahun lalu.
Di Tokyo, berdasarkan survei Merce, biaya akomodasi berupa sewa dua kamar jenis luxury perbulan bisa mencapai USD 4.842 (Rp 41,2 juta). Untuk secangkir kopi di ibu kota Jepang itu berharga USD7,64 (Rp 65.000), sedangkan 1 galon bensin USD 6,39 (Rp 54.475), koran internasional USD6,05 (Rp 51.577), dan makanan cepat saji USD7,87 (Rp 67.000).
Lalu, kota di Asia berikutnya yang masuk 10 besar Mercer’s Cost of Living Survey 2011 adalah Osaka yang menempati peringkat keenam. Osaka adalah kota ketiga terbesar di Jepang dengan populasi 2,7 juta jiwa. Kota ini terletak di Pulau Honshu di mulut Sungai Yodo di Teluk Osaka. Kota ini adalah salah satu pusat industri dan pelabuhan utama.
Setelah Osaka, satu-satunya kota di Asia Tenggara yang masuk dalam daftar kota termahal versi Mercer ialah Singapura yang menduduki posisi kedelapan. Penguatan nilai tukar mata uang dan peningkatan biaya tempat tinggal yang cukup besar di Kota Singa Putih ini telah berhasil menjadikan Singapura naik tiga posisi dari peringkat ke-11 tahun lalu.
Menurut laporan Boston Consulting Group, perusahaan konsultan yang berbasis di AS, pertumbuhan Singapura tahun lalu yang mencapai 14,7% berhasil mendongkrak negara itu menjadi tempat yang nyaman bagi para miliarder. Naiknya Singapura menjadi salah satu kota termahal versi Mercer pada tahun 2011 membuat Hongkong yang sebelumnya berada di posisi kedelapan pada tahun lalu harus rela turun satu peringkat ke posisi ke sembilan tahun ini. Kendati begitu, keempat negara Asia ini tetap berhasil menempati posisi 10 besar kota dengan biaya hidup termahal di dunia.
Posted by
PriscillaPatty
0 comments:
Posting Komentar